Selasa, 25 November 2008

Motivation story

Tragedi Aceh..
Hari itu.. adalah hari yang paling bersejarah dalam kehidupan manusia.
Siapapun takkan pernah menyangka kota serambi mekkah kan jadi kota mati, menyedihkan!

Rasanya baru kemaren roda kehidupan itu berjalan, pasar-pasar yang ramai, lalu lalang kendaraan, suara ceria anak sekolahan, keluarga yang tersenyum menikmati pemandangan pantai, dan tatanan kota yang masih menjulang dengan bangunannya yang megah. Tapi ketika tsunami beraksi..yang tersisa hanya puing-puing reruntuhan, mayat-mayat yang berserakan, puluhan bahkan ribuan yang telah membusuk dan bau. Aku ingat, saat mencari temenku yang hilang, hingga hari ke-19 saja masih ada saja mayat yang belum di evakuasi. Pantai yang dulunya damai, asri, sepanjang pesisir hanyalah tumbukan sampah. Bangunan yang dulunya megah, hanya tinggal tanah, kota yang dulunya ramai menjadi hening, yang ada hanya kesunyian, ya.. hanya kesunyian. Ulelhe, tinggal pelabuhan kenangan, tempat keceriaan itu pernah ada, tempat aktivitas dakwah pernah digelar disana.

Yach… gempa dan tsunami adalah tragedy. Sejarah telah mencatat, 26 Desember 2004 tepatnya pukul 8.30 pagi gempa dan tsunami telah meluluhlantakkan kota Banda Aceh dan sekitarnya, bahkan Negara tetanggapun terkena imbasnya, dan duniapun mengakui, peristiwa ini merupakan bencana internasioanal. Begitu banyak nyawa yang hilang dalam sekejab, anak yang kehilangan ibu dan ayahnya, suami yang kehilangan istri dan anaknya begitu juga sebaliknya, isteri yang kehilangan suaminya, kehilangan keluarga, adik, kakak, dan handai taulan yang minimbulkan luka perih hingga kini.

Betapa tidak, selain kehilangan orang-orang tercinta, yang selamat juga harus menderita cacat fisik, kaki mereka harus diamputasi kerena telah membusuk, bahkan ada yang harus rela kehilangan tangan dan kaki, juga kejiwaan yang terganggu, dan tempat tinggal yang tinggal pondasi. Masih bisakah menatap dan berharap gemilangnya masa depan dihari esok dengan kondisi seperti ini ??

Perjalanan memang masih panjang dan hidup akan terus berlanjut, walau sampai saat ini para korban masih bertanya-tanya, akan kemanakah kaki kan mereka langkahkan selepas pengungsian ? Pekerjaan apakah yang bisa mereka lakukan sebagai mata pencaharian untuk menghidupi keluarga ? Haruskah mereka terus berpangku tangan dibawah tenda pengungsian dan menunggu bantuan datang serta uluran tangan sang dermawan ?

Badai pasti berlalu, itu memang benar. Tapi sampai kapan keperihan itu tersembuhkan, wajah-wajah polos tak berdosa telah kehilangan masa pendidikan mereka, sanitasi yang buruk telah membuat mereka terjangkit beragam penyakit. Belum lagi trauma yang mengganggu jiwa mereka, trauma untuk kembali kerumah, trauma melihat lautan, trauma melihat awan hitam. Yang lebih menyedihkan melihat seorang bocah yang menatap langit-langit, disela-sela tatapan itu tetesan bening mengalir dipipi si yatim piatu yang kini hidup sebatang kara, dengan kondisi tubuh yang tak berdaya.

Hati sapa yang takkan miris ??
Aku, aku memang tidak merasakan saat-saat menegangkan ketika tsunami menerjang, karena desaku tak sempat diterjang gelombang itu, tapi merasakan dasyatnya gempa saja sudah cukup membuat rasa panik dan tegang itu sampai kepuncaknya, belum lagi melihat orang-orang berlarian dan berteriak "air laut naik, air laut naik, cepat kemas-kemas pakaian ngungsi". Aku masih terpana, aku masih bingung atas apa yang baru aku lihat dan kudengar, benarkah aku tak bermimpi ??

Rasanya baru kemaren aku melihat di TV, bagaimana gempa menguncang Alor, nabire, dan kini telah kurasakan sendiri, kini daerahku yang jadi sasarannya, malah lebih parah dari daerah lainnya, kotaku telah jadi kota mati, kini yang ada hanya hamparan padang pasir.

Aku masih bisa bernafas hari ini..
Aku dengan sisa semangat yang masih ada mencoba menatap dan merenda masa depanku kembali..
Ada luka disini, Ada duka disini, ada pedih dan perih disini, ada bekas senyum disini, ada kenangan disini, ada tawa disini, ada air mata disini..
Semua itu takkan mungkin kulupakan begitu saja.
Pahit getir, bahagia, adalah serangkai cerita yang akan kucoba jadikan episode-episode berarti dalam hidupku

Aku, telah kehilangan sahabat terbaik, orang yang tak pernah lewati hari tanpa menyapaku hampir setiap hari, orang yang selalu berbagi dengan ku tentang segala unek, orang yang selalu mengingatiku akan study, orang yang telah membuatku belajar banyak hal tentang hidup. Aku, juga telah kehilangan dosen pembimbingku, orang yang cukup kubanggakan untuk membawaku mendapatkan gelar sarjana, tapi ternyata beliau harus pergi tanpa menunggu studyku selesai terlebih dahulu.

Diatas segalanya, aku bersyukur ya Robb..
Engkau masih memberiku kesempatan hidup, masih memberiku harapan merenda impian, padahal satu hari sebelum bencana itu terjadi aku ada ditempat kejadian, didaerah terparah tsunami itu memerjang. Ya.. dilaut, disebuah kolam pantai berdekatan dengan pabrik semen Andalas yang hancur total dengan jumlah mayat begitu banyak ditemukan disana.

Ya Robb.. puji syukur kupanjatkan atas anugerah-Mu
Ya Rabb..
Kami hanyalah hambaMu yang lemah
Yang berharap belai kasihMu sepanjang waktu..
Engkau maha tau seberapa besar kekuatan kami untuk bertahan
Seberapa sanggup kami bisa menerima cobaan
Seberapa kuat kami mampu hadapi ujian

Ya.. Rabb..
Benarkah kiamat itu tak lama lagi..
Hampir disetiap sudut negeri Engkau memberi peringatan
Walau hanya segelintir saja yang memikirkan
Selepas gempa di Alor dan Nabire, gempa dan Tsunami menerjang Aceh. Belum sembuh luka itu, banjir bandang kembali meresahkan. Belum kunjung selesai, datang lagi cobaan baru angin puyuh di Makasar dan dalam kekhawatiran akan meletusnya gunung berapi, tiba-tiba dikejutkan oleh gempa dasyat di Jogja. Belum lagi lumpur lapindo di Sidoharjo yang sampai hari ini masih jadi tanda tanya. Dan sederet bencana lainnya yang terus datang menerpa.

Ya.. Rabb..
Begitu sayang Engkau pada kami
Kini, setelah empat tahun berlalu
Aceh ini sudah sedikit membaik
Infrastruktur sudah ada yang berdiri megah lagi
Perekonomian mulai hidup
Roda pendidikan pun sudah berjalan..

Namun yang paling meyedihkan adalah, sikap para kalangan elit yang aku tak tau siapa. Kenapa cobaan besar itu tak membuatnya sadar juga. Kenapa ia rela memakan hak yang bukan haknya. Hingga hari ini masih ada orang-orang di pengungsian yang belum mendapatkan rumah. Hingga hari ini, aku tak pernah mengerti, kenapa mereka yang seharusnya mendapatkan ganti rugi justru masih berada dibarak-barak dan tenda, sedangkan mereka yang hidup berkecukupan tak terkena bencana justru terdaftar mendapatkan ganti rugi.

Ironis bukan..
Mungkin itu sebabnya kenapa bencana demi bencana di negeri ini tak berhenti datang.
Mungkin itulah cara terbaik bagi Allah untuk menyadarkan umatnya yang selalu silap. Menyadarkan umatnya yang selalu lupa untuk introspeksi dan bersyukur atas segala nikmatnya.

Menjadi PR kita semua, untuk terus melanjutkan estafet perjuangan ini. Karena kedepan cobaan yang datang bisa jadi lebih dasyat lagi. Saatnya kita untuk terus evaluasi diri, menjadi pribadi-pribadi yang mampu berdiri mandiri, bersemangat baja dengan hati yang terjaga serta niat ikhlas yang selalu terpelihara.

Saudaraku..
Semoga Allah selalu menyatukan hati kita semua dijalannya, semoga Allah temukan kita semua di JannahNya dengan sekecil apapun amal kita, amin.

Aku rindu suasana haru indahnya kebersamaan dijalan dakwah. Aku rindu kata-kata mutiara yang terloncar dari mulut setiap ikhwah. Aku rindu sikap berlapang dada yang tercermin dari setiap jiwa kita. Aku rindu semangat baja yang dulu pernah menggelora, semoga semua itu tetap ada dan tak pernah sirna.

Ya Allah, ya Rabb..
Tetapkanlah kami dalam naunganMu..
Tetapkanlah kami di jalanMu yang lurus hingga akhir hayat.
Perkenankan kami mendapat akhir yang baik..

Temen..
Aku hanya ingin mengingatkanmu akan tragedi itu..
Tragedi itu yang membuat kita saling kenal
Tragedi itu jua yang membuat kita bisa bersua dalam satu atap keluarga bernama saudara seiman, sebangsa dan setanah air.
Walau aku tak pernah tau..
Sampai kapan persahabatan ini akan tetap terjaga
Aku hanya berharap..
Tragedi besar itu tak lagi terjadi..
Yang karenanya impianmu, impianku dan impian kita semua kembali memudar..
Walau jujur aku akui ada banyak nikmat pasca itu.

Allah maha benar, janjinya pasti.
Kita telah menyaksikan sendiri..
Bagaimana sedih pilunya ketika tsunami terjadi..
Namun lihatlah sekarang..
Sedikit lebih baik dari sebelum tsunami bukan ?
"Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan"
Allah beri kita bukti, jika kita mau berfikir..

Namun semua kembali pada masing-masing pribadi
Bagaimana bisa mengkaji hakikat setiap tragedi
Satu yang pasti..
Bagi diriku sendiri..
Tragedi itu membuahkan pelajaran berharga..
Bahwa kesempatan itu tidak pernah datang dua kali !
Aku harus bangkit dengan semangat yang tersisa dan terus memotivasi diri, bahwa esok harus lebih baik dari hari ini, karena perjalanan masihlah panjang.
Bukan seorang pejuang namanya jika berhenti ditengah jalan..

Tidak ada komentar: